LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM FATAHILAH KOTA TUA JAKARTA

   Museum Fatahillah memiliki nama resmi Museum Sejarah Jakarta adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.Bangunan ini dahulu merupakan balai kota Batavia (bahasa Belanda: Stadhuis van Batavia) yang dibangun pada tahun 1707-1712 atas perintah Gubernur-Jendral Joan van Hoorn. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, bangunan ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.


   Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain peninggalan kerajaan Tarumanegara,Alat ukur zaman dulu,Mata uang dan koin,sejarah batavia,Istana Negara Presiden,serta penjara bawah tanahnya.


   Pada hari sabtu,3 September 2022.Saya dan Dwi melakukan kunjungan ke Museum Fatahilah yang berada di Kota Tua Jakarta. Pintu masuknya ada disisi kiri bangunan museum.Harga Tiket untuk masuk ke museum adalah tiket yang dikhusus kan untuk mahasiswa seharga Rp.5.000,-/orang.


   Di museum ini menjelaskan sejarah Jakarta dimulai dari zaman prasejarah dan sejarah diwilayah Jakarta dan sekitarnya,kemudian menjadi Sunda kelapa Jayakarta,Batavia,Kota Jakarta.Pada saat memasuki ruangan pertama dinama ruang ini menjelaskan peninggal kerajaan Tarumanegara.Berikut adalah hasil penelitian yang kami lihat:


▪Wisnu Cibuaya 1
   Arca Wisnu cibuaya 1 ,walaupun berasal dari abad VIII M ,dianggap dapat melengkapi prasasti- prasasti Purnawarman situs tempat penemuannya di cibuaya yg tidak jauh dari situs batujaya serta pemujaan terhadap Wisnu yg dianut menjadi benang merah yg menghubungkan temuan ini.


▪Wisnu Cibuaya 2
   Arca Wisnu cibuaya 2, juga ditemukan di desa cibuaya,tetapi tempat aslinya tidak dapat dipastikan. Arca ini memiliki kemiripan dengan arca-arca dari seni pala abad VII-VIII M.Pala adalah nama salah satu dinasti yg berkuasa di bengal pada abad VIII-XII M sepertinya arca ini berasal dari masa yang sama,kesimpulan ini sesuai denga berita Cina.



▪Ganesha Dari Warung Buncit
   Pada tahun 1990,di warung buncit,pasar Minggu,Jakarta Selatan,secara tidak sengaja ditemukan sebuah pantung ganesha dalam penggalian fondasi bangunan,Ganesha ini ditemukan dikedalaman 3 meter.Ganesha adalah bagian lain dari keluarga inti Siwa dan Uma/Parwati/Durga. Menurut mitologinya kepala gajah tersebut berasal dari kesalahpahaman antara Siwa dan istrinya. Arca-arca Ganesha ditemukan di pulau Jawa biasanya bersama dalam satu set dengan Siwa,Durga,dan mahaguru.Diduga arca Ganesha ini berasal dari masa kerajaan sunda.



▪Durga-Kali Dari Tanjung Priok
   Arca batu granit ini ditemukan di sebelah timur pelabuhan Tanjung Priuk pada tahun 1883. Berukuran tinggi 65 cm sosok durga-kali ini digambarkan dalam posisi duduk bersila dan memiliki empat lengan.Arca ini memiliki wajah yang menakutkan dengan mata belalak dan rambut berantakan terurai di bahu hingga punggungnya.Durga merupakan bagian dari panteon dari kepercayaan agama Hindu yang juga banyak di temukan disitus situs arkeologi masa Hindu-budha di Jawa dan sumatra.



Lalu diruangan yang selanjutnya,terdapat prasasti-prasasti yaitu Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Tugu.

▪Prasasti Ciaruteun
   Prasasti ini ditemukan di sungai Desa Ciareteun Hilir,Kec.Cibungbulang,Kab.Bogor pada tahun 1863.Di prasasti ini terdapat 2 telapak kaki dan tulisan yang menggunakan bahasa Sanskerta Dan berhuruf Palawa.Yang artinya sebagai berikut "inilah tanda sepasang telapak kaki Dewa Wisnu(pemelihara)ialah telapak yang mulai purnawarman,raja di negeri taruma raja yang gagah berani di dunia".



▪Prasasti Tugu
   Prasasti Tugu di temukan di daerah Kampung tugu,Desa Tugu Selatan ,Kecamatan Koja, Jakarta Utara.Prasasti ini menjelaskan tentang pembangunan 2 buah sungai pada masa Kerajaan Tarumanegara Pada Tahun ke 22 Raja Purnawarman memerintah.


   Kemudian berpindah tempat,kita melihat sebuah peta yang bernama Peta Ciéla.Peta Ciéla pertama kali di temukan oleh seorang controleur Belanda pada tahun 1858,di Desa ciéla,Panembong ,Garut ,Yang bernama K.F.Holle yang pada saat itu menjadi administratur Perkebunan Teh Cikajang membuat salinan peta tersebut pada tahun 1862 ,kemudian membuat tulisan yang berjudul "De Kaart van Tjiela of Timbanganten" dalam TBG XXIV tahun 1877.


   Keunikan Peta Ciéla adalah penggambaran unsur-unsur geografi seperti gunung,penggunungan,sungai dan kampung yang dibuat dengan simbol yang unik.Sungai Disajikan dengan simbol berbentuk seperti ular,gunung dengan bentuk simbol segitiga.Beberapa nama daerah yang tercantum di Peta Ciéla ,ditulis dengan menggunakan aksara dan bahasa Sunda kuno.Pada tahun 1975 diketahui bahwa Peta Ciéla yang asli telah hilang.


Di lantai 2,Terdapat banyak barang-barang peninggalan Zaman Belanda dulu,yaitu:

1.Miniatur Kursi Panjang


2.Kotak Penyimpanan


3.Wadah Timbangan Beras


4.Alat Ukur Bahan Bangunan


5.Batu Timbangan


6.Alat Ukur Bata


7.Alat Ukur Genteng 



Selanjutnya kita berpindah tempat yaitu sejarah VOC.VOC dalam lintas sejarah Indonesia.



REKAMAN KEHIDUPAN DI BATAVIA DALAM SKETSA DAN LITOGRAFI

   Litografi merupakan sebuah metode untuk mencetak pada permukaan yang halus. Metode ini ditemukan pada tahun 1776 oleh seorang penulis dari Bavaria, Aloys Senevelder. Litografi digambar dengan menggunakan pensil minyak, crayon atau cat minyak khusus. Cetakan-cetakan litografi paling awal dibuat dengan menggunakan batu kapur Bavaria. Sejarah litografi di Indonesia dimulai pada ketika VOC membutuhkan pelukis untuk keperluan eksplorasi dan dokumentasi (paruh kedua abad 17). Berkat litografi, hingga saat ini rekaman kehidupan masa Hindia Belanda di Batavia masih dapat disaksikan, mulai dari gambaran alam, bangunan-bangunan bersejarah, hingga kehidupan berbagai lapisan masyarakat yang mewarnai setiap sudut kota.



22 JUNI 1527 (?)
Apakah anda tahu bahwa Sudiro, Walikota Jakarta periode 1953-1958 adalah yang memulai pencarian ulang tahun Jakarta? Beliau menugaskan Mr. Dr. Soekanto, seorang sejarawan yang cukup dikenal untuk mempublikasi penelitian sejarahnya mengenai kemungkinan dari tanggal lahir Jakarta, "Dari Jayakarta ke Jakarta". Tanggal nng merubah nama Kalapa menjadi Jayakarta (berarti "menang besar"). Akan tetapi kesimpulannya tidak langsung mendapatkan persetujuan dari para ahli lain. Hoesein Djajadiningrat adalah salah satu yang menolak hipotesa tersebut dan mengajukan logika yang berlawanan. Tanggal yang dipilih tidak pernah ditemukan ataupun disebutkan di dalam rekaman sejarah manapun, begitu juga dengan pernyataan bahwa Fatahillah adalah yang mengganti nama Kalapa. Pada akhirnya, pemerintah mengambil keputusan dan melegitimasi tanggal tersebut sebagai bagian dari identitas dan asal-usul Jakarta di 22 Juni 1956. Pilihan yang diambil adalah keputusan politis tanpa dasar historis, akan tetapi hal yang lumrah. Cerita asal-usul dari Roma sendiri didasari oleh mitos.

   Selain itu pada halaman belakang terdapat jalan bercabang menuju ke penjara bawah tanah.Setelah selesai melihat – lihat bagian penjara, maka selesai lah kunjungan kami ke Museum Fatahilah tersebut, kami mengikuti arah jalan menuju gerbang keluar pada halaman belakang.



   Setelah  mengunjungi Museum Fatahilah, kami mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan mengenai sejarah – sejarah perjuangan bangsa kita melawan penjajah dari belanda. Walaupun sudah banyak koleksi tersebut yang sudah tidak ada, tetapi karena itu lah kita wajib menjaga sisa koleksi yang ada, agar dapat dilihat oleh generasi – generasi penerus kita.






Komentar